Kehidupan Remaja Zaman Sekarang

Sabtu, 10 April 2010

PUISI : "REMAJA"

DIMASA REMAJA, SAHABATKU

Disuatu kota ada café kenangan
Tempat curahan hati dan bercanda riang
Mengingat masa-masa indah penuh energi
Bergelimang cita-cita setinggi matahari
Berpesta mengangkat gelas kehormatan

Dimasa remaja, sahabatku
Kita bergembira berdansa dan bernyanyi
Setiap hari tak kenal lelah dan waktu
Sepertinya tidak akan berakhir

Ketika aku jatuh cinta yang pertama
Dan dia kecup keningku malu-malu
Siang malam ada wajahnya menjelma
Senyum-senyum sendiri dalam selimut
Menangis dan tertawa berbaur satu

Dimasa remaja, sahabatku
Disaat hari-hari kejayaan kita
Bertindak semaunya, berjuang pantang kalah
Sepertinya tidak akan berakhir

Kini aku dewasa dan kembali kekota itu
Malam itu kuberdiri didepan café kenangan
Semuanya kini telah berubah
Dikaca jendela ada bayang seseorang
Dia adalah aku yang sedang kesepian

Dimasa Remaja, sahabatku
Hura-hura bersama disabtu malam
kilatan lampu pesta mewarnai wajah muda kita
Sepertinya tidak akan berakhir

by:Nenen Gunadi

WAJAH INDAH

Wajah indah
Kamu wajah indah
Engkau jatuh cinta disaat aku sepuluh tahun
Dan tahun berganti begitu cepat
Tapi aku masih ada disini

Wajah indah
Kamu wajah indah
Pandanglah aku!
Aku bukan kanak-kanak lagi
Kini aku seorang wanita yang dapat mencintaimu

Tidurku gelisah, ketika engkau berucap
“Besok aku akan mengabarimu”.
Dan aku sudah menunggumu, tuk berucap
“Selamat tinggal”.
Namun hati kecilku berkata “Tinggallah bersamaku”

Wajah indah
Kugigit bibirku, saat jemariku engkau genggam
Dan engkau memintaku untuk pulang
Aku bukan kanak-kanak lagi
Aku mampu memelukmu sebagai seorang dewasa

Wajah Indah
Dan aku dijadikan bingung sekali lagi olehmu
Matamu berkata iya, tetapi bibirmu tidak
Aku tak akan pernah bisa menyentuhmu
Dan aku tak punya pilihan lain, engkau harus pergi

“Wajah indah, aku harap, engkau adalah milikku!”.

by:Nenen Gunadi (NG)


REMAJA TEMARAM BULAN BIRU

Angin malam mengacak-ngacak rambut hitam panjangnya
Gadis remaja tigabelas tahun, menembus kristal malam
Bergaun merah jambu berlari-lari dalam temaram bulan biru
Remaja malang yang akan dipersunting seorang tua kaya raya
Dijanjikannya posisi ratu diistananya diantara selir-selir
Bergejolak emosinya, sang gadis remaja menolak, dia menolak

Tak seorangpun mengerti akan perasaan sucinya sedang merana
Dalam ungu langit hatinya, dia menangis dan terus berlari
Memanggil pujaan hatinya, “Sayang aku datang untuk dikau!”
Nafasnya tersenggal-senggal, dia berhenti didepan rumah kecil
Ada satu titik terang pijar lampu biru disebuah kamar
Dia mengambil satu kerikil lalu dilemparkan kejendela kaca itu

Bibirnya tersenyum diantara butiran kilauan air matanya
Ketika pandangan matanya menangkap sang pujaan hati
Lelaki remaja limabelas tahun melompat keluar dari jendela kamarnya
Dengan gairahnya dinuansa sendu dia berhambur memeluk sayang
Dihening cinta dan gejolak hangat asmara, berdebar jantung keduanya
Saat mata saling beradu pandang, dengan damai dikecup bibir mekarnya

Sepasang remaja memadu kasih berpelukan mesra diirama desiran daun
Kilauan emas bintang-bintang berkilatan dimega kelabu menjadi saksi
Kisah cinta dalam kecemasan namun suci dan terbalut kejujuran
Bayang sepasang kekasih remaja tercipta gelap menembus hamparan rumput
Disandarkan kepala gadis remaja kebahu sang pujaan sambil berucap terisak pilu
“Bawa aku pergi keduniamu, aku tak sudi disuntingnya…”.

Deruan sebuah mobil hitam mewah berhenti disimpang jalan depan rumah kecil
Lelaki tinggi berjaket hitam bodyguard sang tua kaya raya mengarahkan pistolnya
Gadis remaja berlari mencoba menghalau peluru panas kearah kepala yang terkasih
Tertembuslah dadanya berulang-ulang hingga dia terkulai jatuh diaspal simpang jalan
Darah merah segar melumuri tubuh mungilnya, matanya menatap haru kekasihnya
Lelaki remaja teriak histeris merangkul tubuh yang terpuja sambil mengutuk

Wajah gadis remaja tersandar didadanya, sekujur tubuhnya merambat dingin
Merembas tetesan darah dari ujung bibirnya, namun tetap tersenyum damai
Kabut putih bergulungan datang dari puncak bukit memutihkan tragedi malam
Dibuka matanya terlihat pasrah sambil menatap warna langit gelap keunguan
Wajah polos cantiknya memucat putih, jemarinya meraba wajah kekasihnya
Dia berbisik lemah berucap pesan misteri ditelinga yang tercinta

“Sayang, nantikan aku disetiap malam temaram bulan biru…”,
“Ditemaram bulan biru…”,
“Aku akan datang untuk dikau!”.

by:Nenen Gunadi (NG)

sumber : http://blogpuisi.weebly.com/puisi-remaja-karya-ng.html

1 Komentar:

Blogger Unknown mengatakan...

hahhaha

4 Oktober 2015 pukul 01.39  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda